Thursday, 5 November 2015

RIAS DAN BUSANA PENDUKUNG KARAKTER SEBUAH TARIAN

RIAS DAN BUSANA PENDUKUNG KARAKTER SEBUAH TARIAN

Ardiansah
Jurusan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
E-mail: Ardhianasta13@gmail.com HP.085227323223


Abstrak

Kesenian sebagai bagian dari tradisi budaya masyarakat senantiasa hidup baik sebagai ekspresi pribadi maupun ekspresi bersama kelompok dalam masyarakat. Kesenian sebagai bentuk ekspresi budaya masyarakat mempunyai fungsi yang beragam sesuai dengan kepentingan dan keadaan masyarakat. Dalam seni tari khususnya, aspek rias busana merupakan hal penting dalam aspek yang menunjang penegasan dalam menyampakan maksud tarian. Ada kecenderungan perbedaan karakter tarian yang disimbolkan  melalui rias wajah dan busana yang dikenakan. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, kendala yang terjadi di UKM Tari Kreasi Unnes, misalnya yaitu belum adanya upaya pengembangan sumber daya manusia di bidang rias dan busana tari sehingga kadang kala terjadi ketidaksesuaian antara rias dan busana dengan karakter tari yang ditampilkan. Berawal dari hal inilah perlu adanya penyuluhan tentang pengetahuan tata rias dan tata busana tari sekaligus memberikan pelatihan tata rias dan tata busana bagi anggota UKM Tari Kreasi Unnes sehingga sesuai dengan karakter tarian yang akan ditampilkan. Tujuannya tidak lain agar anggota UKM Tari Kreasi dapat menerapkan Rias dan Busana sesui dengan karakter yang dibawakan. Metode dari pelatihan ini adalah diadakan penyuluhan dan pelatihan tentang rias dan busana tari, hasilnya nanti dapat diterapkan pada pentas- pentas yang dilakukan oleh tim tari dari UKM Tari Kreasi.

Kata Kunci : Tata Rias, Tata Busana, dan Karakter Tari



Pendahuluan
Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema cerita. Berkesenian menurut Jazuli (2008 : 101) merupakan salah satu kebutuhan integratif yang dibutuhkan oleh setiap orang. Dalam seni tari khususnya, aspek rias busana merupakan hal penting dalam aspek yang menunjang penegasan dalam menyampakan maksud tarian. Ada kecenderungan perbedaan karakter tarian yang disimbolkan  melalui rias wajah dan busana yang dikenakan.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari Kreasi Universitas Negeri Semarang merupakan wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan bakat sekaligus melestarikan budaya bangsa, khususnya tarian. Namun, pada kenyataannya pada pentas- pentas tertentu, cenderung para penari melakukan persiapan pentas, baik rias maupun busana yang kurang sesuai dengan identitas karakter tari tersebut. Misalnya tari yang dibawakan bernuansa agung. Namun kostum yang dikenakan berwarna merah cerah dan biru, itu sudah mengalihkan perhatian penonton bahwa kesan berubah menjadi tidak agung lagi, melainkan meriah. Belum lagi dengan jenis riasan yang digunakan. Hal ini dikarenakan kurang adanya pengetahuan dan pengembangan kekinian dari sumber daya manusia yang ada di UKM Tari Kreasi tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, maka perlu adanya pelatihan tentang rias dan busana tari kepada anggota UKM agar dalam berias dan berbusana dapat sesuai karakter tarian yang akan ditampilkan.
a.                   Tata Rias
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk. mewujudkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan, 1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain  diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun  hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.
Bentuk wajah yang paling ideal atau sempurna akan memudahkan orang merias dirinya sesuai dengan riasan dan karakter yang diinginkan. Hal ini seirama dengan fungsi pokok tata rias adalah mengubah penampilan seorang pemain dari karakternya sendiri menjadi karakter tertentu yang merupakan tuntutan skenario dengan bantuan rias wajah. Ini sesuai dengan teori rias yang dikemukakan oleh Nikmah Ilahi dalam panduan tat rias kecantikan wajah terkini (2010: 93), bahwa merias wajah dengan warna yang tepat selain mempercantik wajah juga akan menciptakan hasil yang selars dengan kepribadian
b.                  Busana
Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.
Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian
1)      Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam,straples
2)      Pakaian  kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.
3)      Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,  mekak, rompi, kacerapekampok-ampok, simbar dada, selendang, dan seterusnya.
4)      Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekukgelung kondegelung keonggelung bokor, dan sejenisnya). 
5)      Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang,kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan), kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.
Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.
Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni pertunjukan berkaitan dengan  karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna  menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.

c.                   Karakter Tari
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter juga bisa bermakna "huruf". Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Apabila dikaitkan dengan tarian, maka karakter tari dapat diartikan sebagai nilai yang terkandung dalam sebuahtarian dimana nilai tersebut bisa bersifat tersirat maupun tersurat baik diungkapkan melalui gerak, ekspresi, pola maupun rias dan busana yang digunakan dalam tarian tersebut. Karakter tarian akan terlihat jelas apabila unsur- unsur gerak, busana, rias dan pola sudah dilaksanakan oleh penari, lebih tegas lagi diperlihatkan dengan ekspresi penari. Keterikatan antara rias, busana dan tari sudah tidak dapat dipisahkan lagi karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang berjalan beriringan.

Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Pelatihan Rias dan Busana Tari ini dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, sehingga terbagi dalam 2 (dua) sesi, yakni penyuluhan dan pelatihan. Secara rinci dapat digambarkan sebagai  berikut:
1.           Melakukan penyuluhan dan pelatihan rias busana tarian yang sama dengan tarian yang diajarkan di UKM Tari Unnes. Metodenya mengamati dan demonstrasi. Setalah mengamati, anggota melakukan praktek tata cara pemakaian, merapikan busana tari yang sesuai dengan karakter tarian.
2.         Melakukan evaluasi pelatihan melalui tes praktek, yaitu dengan cara mewajibkan anggota mempraktekan apa yang telah diamatinya.

Pelatihan Rias dan Busana ini menggunakan treatmen penyuluhan dimana sesuai dengan observasi awal yang terjadi pada obyek adalah Belum adanya Pemahaman dan kemampuan tentang rias tari dan belum adanya pemahaman dan keterampilan dalam berbusana tari dan nantinya dihasilkan:
1.                  Meningkatnya kemampuan dalam pemahaman tentang tata rias tari
2.                  Meningkatnya kemampuan dalam pemahaman tentang busana tari
3.                  Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan dalam tata rias tari
4.                  Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan dalam berbusana tari

Hasil Pengabdian
Berdasarkan pelatihan yang dilaksanakan hari sabtu, 7 September 2013 bertempat di gedung B2 ruang 208 FBS UNNES, yang dimulai dari pukul 07.30 sampai 12.05 menghasilkan meningkatnya kemampuan dalam pemahaman tentang tata rias tari, meningkatnya kemampuan dalam pemahaman tentang busana tari, Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan dalam tata rias tari, meningkatnya kemampuan dan ketrampilan dalam berbusana tari dari peserta kegiatan. Pada akhir kegiatan dari 35 peserta, 80%  (28 orang) dari peserta telah memahami betul bagaimana cara merias wajah yang benar. Peserta juga melakukan rias pribadi dengan detail riasan sesuai dengan penjelasan dari pemateri, begitu pula tentang tata cara berbusana.

Pembahasan
Penggunaan rias dan busana ini tentu tidak lain  karena adanya sumber daya manusia yang kurang memahami betul akan pentingnya rias dan busana akan penegasan karakter tari yang dimainkan.  Berawal dari hal tersebut, pengabdi telah melakukan kegiatan pengabdian mahasiswa dengan metode penyuluhan dan praktik langsung tentang tata rias dan busana tari dengan sasarann yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah anggota UKM Tari Kreasi Universitas Negeri Semarang yang tidak hanya berasal dari jurusan seni saja, tetapi dari berbagai jurusan yang ada di Unnes.
UKM Tari Kreasi Unnes merupakan lembaga kemahasiswaan yang bergerak dalam bidang pembimbingan dan pelatihan tari kreasi. Kegiatan yang telah dilakukan oleh UKM Tari Kreasi Unnes antara lain latihan tari- tari kreasi tradisi, seperti tari Tumandang, tari Semarangan, tari Banceran dan tari Denok. Selain itu, kegiatan latian tari tersebut sudah sering dipentaskan dalam lingkup universitas maupun di luar universitas. Namun, yang menjadi kelemahan dari UKM Tari Kreasi Unnes adalah para anggota kurang terampil dalam hal tata rias tari dan kurang memahami tentang busana tari yang sesuai dengan karakter tarinya. Pelnyuluhan dan pelatihan ini sebagai upaya peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam merias dan berbusana tari yang sesuai dengan karakter tarian, serta meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang rias dan busana tari. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan anggota UKM Tari yang berjumlah 25 mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti pelatihan tari ini diharapkan akan memiliki ketrampilan merias dan berbusana khususnya tari yang baik dengan pemahaman yang lebih baik, hingga selanjutnya mereka bisa mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya pada  pentas- pentas yang akan dilakukannya, seperti pentas dalam rangka Pembukaan Bulan Bahasa dan Seni Unnes 2013, Pentas Unnes Fair, Pentas Opening Unnes Inagurasi, Pentas Pembukaan Silaturahmi dan Musyawarah Terbuka GAMA SATRIA Banyumas di B6 FBS Unnes.

Kesimpulan
Rias dan busana merupakan unsur penting yang mendukung dalam sebuah pementasan sebuah tarian. Melalui kegiatan pelatihan rias dan busana tari yang telah dilakukan, peserta kegiatan yang notabennya adalah  anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Tari Kreasi Universitas Negeri Semarang telah dapat memahami akan pentingnya rias dan busana dalam mementaskan tarian yang akan dimainkan. Dengan demikian, meningkatnya pemahaman dan keterampilan dalam rias busana yang dimiliki anggota UKM Tari Kreasi Unnes telah dimanfaatkan dalam pentas- pentas yang dilaksanakan setelah kegiatan pelatihan tersebut.

Saran
Sebagai manusia sosial yang berbudaya, pelestarian budaya memang harus terus ditingkatkan. Hendaknya lebih diintensifkan pada pengembangan model- model rias dan busana yang terbaru, sebagai pembaharuan dan modifikasi tata rias dan busana tari tradisi tanpa melakukan perubahan total akan ciri khas dan identitas tarian tradisi tersebut.

Daftar Pustaka
Alwi, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Bahri, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwidjowinoto, Wahyudhi. 2005. Wayang Orang. Surabaya: Padepokan. Dwidjo

Jazuli. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Unnes Press.

------- 2002. Metode dan Teknik Pengajaran Tari. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. 3 No. 2 Mei-Agustus 2002. Jurusan Sendratasik, FBS, UNNES.

------- 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa           University Press.

Kusumastuti, Eny. 2009. Seni Pertunjukan Wisata sebagai Industri Ekonomi Kreatif dalam Kumpulan Makalah Seminar Internasional 2009 Seni Untuk Industri. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Rafika Aditama

Lestari, Wahyu. 1994. Teknologi Rias Panggung. FPBS IKIP Semarang: Unnes Press

Maran, Raga Rafael. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Sardiman. 2006. Inovasi dan Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Soedibyo, Mooryati. 2003. Busana Keraton Surakarta Hadiningrat. Surakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

No comments:

Post a Comment