RIAS DAN BUSANA
PENDUKUNG KARAKTER SEBUAH TARIAN
Ardiansah
Jurusan Seni
Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
Abstrak
Kesenian
sebagai bagian dari tradisi budaya masyarakat
senantiasa hidup baik sebagai ekspresi pribadi maupun ekspresi bersama kelompok
dalam masyarakat. Kesenian sebagai bentuk ekspresi budaya masyarakat mempunyai
fungsi yang beragam sesuai dengan kepentingan dan keadaan masyarakat. Dalam seni
tari khususnya, aspek rias busana merupakan hal penting dalam aspek yang
menunjang penegasan dalam menyampakan maksud tarian. Ada kecenderungan
perbedaan karakter tarian yang disimbolkan
melalui rias wajah dan busana yang dikenakan. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, kendala
yang terjadi di UKM
Tari Kreasi Unnes, misalnya
yaitu belum adanya upaya pengembangan sumber daya manusia di bidang rias dan
busana tari sehingga kadang kala terjadi ketidaksesuaian antara rias dan busana
dengan karakter tari yang ditampilkan. Berawal dari hal inilah perlu adanya penyuluhan tentang
pengetahuan tata rias dan tata busana tari sekaligus memberikan pelatihan tata
rias dan tata busana bagi anggota UKM Tari Kreasi Unnes sehingga sesuai dengan
karakter tarian yang akan ditampilkan. Tujuannya tidak lain agar anggota UKM Tari Kreasi dapat menerapkan Rias
dan Busana sesui dengan karakter yang dibawakan. Metode dari pelatihan ini
adalah diadakan penyuluhan dan pelatihan tentang rias dan busana tari, hasilnya
nanti dapat diterapkan pada pentas- pentas yang dilakukan oleh tim tari dari
UKM Tari Kreasi.
Kata Kunci : Tata Rias, Tata Busana, dan Karakter Tari
Pendahuluan
Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang
tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari
perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana yang tepat
guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan dan akan dinikmati oleh
penonton. Untuk itu memilih desain pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan
pada tema cerita. Berkesenian
menurut Jazuli (2008 : 101) merupakan salah satu kebutuhan integratif yang
dibutuhkan oleh setiap orang. Dalam seni tari khususnya, aspek rias busana
merupakan hal penting dalam aspek yang menunjang penegasan dalam menyampakan
maksud tarian. Ada kecenderungan perbedaan karakter tarian yang
disimbolkan melalui rias wajah dan
busana yang dikenakan.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Tari Kreasi Universitas Negeri Semarang merupakan wadah bagi mahasiswa dalam
mengembangkan bakat sekaligus melestarikan budaya bangsa, khususnya tarian. Namun, pada kenyataannya pada pentas- pentas
tertentu, cenderung para penari melakukan persiapan pentas, baik rias maupun
busana yang kurang sesuai dengan identitas karakter tari tersebut. Misalnya
tari yang dibawakan bernuansa agung. Namun kostum yang dikenakan berwarna merah
cerah dan biru, itu sudah mengalihkan perhatian penonton bahwa kesan berubah
menjadi tidak agung lagi, melainkan meriah. Belum lagi dengan jenis riasan yang
digunakan. Hal ini dikarenakan kurang adanya pengetahuan dan pengembangan kekinian
dari sumber daya manusia yang ada di UKM Tari Kreasi tersebut.
Berangkat dari hal tersebut,
maka perlu adanya pelatihan tentang rias dan busana tari kepada anggota UKM
agar dalam berias dan berbusana dapat sesuai karakter tarian yang akan
ditampilkan.
a.
Tata Rias
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan
kosmetika untuk. mewujudkan
wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di
atas panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan, 1993:
134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai
usaha menyusun hiasan
terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.
Bentuk wajah yang paling ideal atau
sempurna akan memudahkan orang merias dirinya sesuai dengan riasan dan karakter
yang diinginkan. Hal ini seirama dengan fungsi pokok tata rias adalah mengubah
penampilan seorang pemain dari karakternya sendiri menjadi karakter tertentu
yang merupakan tuntutan skenario dengan bantuan rias wajah. Ini sesuai dengan
teori rias yang dikemukakan oleh Nikmah Ilahi dalam panduan tat rias kecantikan
wajah terkini (2010: 93), bahwa merias wajah dengan warna yang tepat selain
mempercantik wajah juga akan menciptakan hasil yang selars dengan kepribadian
b.
Busana
Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan
perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.
Tata pakaian
terdiri dari beberapa bagian
1) Pakaian
dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya, setagen, korset,
rok dalam,straples
2) Pakaian kaki,
pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng,
kaos kaki, sepatu.
3) Pakaian
tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada
sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak,
rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar
dada, selendang, dan seterusnya.
4) Pakaian
kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam
jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekuk, gelung
konde, gelung keong, gelung bokor, dan
sejenisnya).
5) Perlengkapan/accessories,
adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk
memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan
gelang, kalung, ikat pinggang,kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang
tangan), kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.
Perlengkapan atau
alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah property.
Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi,
dan semacamnya.
Tata rias dan
busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni pertunjukan
berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan
kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan warna make up
oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam
pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu
dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama
karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku
Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer,
sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.
c.
Karakter Tari
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter
juga bisa bermakna "huruf". Wyne mengungkapkan bahwa kata
karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso”
yang berarti “to mark” yaitu menandai
atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku
tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek,
sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang
yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang.
Apabila dikaitkan dengan tarian, maka karakter tari
dapat diartikan sebagai nilai yang terkandung dalam sebuahtarian dimana nilai
tersebut bisa bersifat tersirat maupun tersurat baik diungkapkan melalui gerak,
ekspresi, pola maupun rias dan busana yang digunakan dalam tarian tersebut.
Karakter tarian akan terlihat jelas apabila unsur- unsur gerak, busana, rias
dan pola sudah dilaksanakan oleh penari, lebih tegas lagi diperlihatkan dengan
ekspresi penari. Keterikatan antara rias, busana dan tari sudah tidak dapat
dipisahkan lagi karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang berjalan
beriringan.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Pelatihan Rias dan Busana Tari ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, sehingga
terbagi dalam 2 (dua) sesi, yakni penyuluhan dan pelatihan. Secara rinci dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Melakukan penyuluhan dan
pelatihan rias busana tarian yang sama dengan tarian yang diajarkan di UKM Tari
Unnes. Metodenya mengamati dan demonstrasi. Setalah mengamati, anggota
melakukan praktek tata cara pemakaian, merapikan busana tari yang sesuai dengan
karakter tarian.
2. Melakukan evaluasi pelatihan melalui tes
praktek, yaitu dengan cara mewajibkan anggota mempraktekan apa yang telah diamatinya.
Pelatihan Rias dan Busana ini menggunakan treatmen penyuluhan
dimana sesuai dengan observasi awal yang terjadi pada obyek adalah Belum
adanya Pemahaman dan kemampuan tentang rias tari dan belum adanya pemahaman dan
keterampilan dalam berbusana tari
dan nantinya dihasilkan:
1.
Meningkatnya
kemampuan dalam pemahaman tentang tata rias tari
2.
Meningkatnya
kemampuan dalam pemahaman tentang busana tari
3.
Meningkatnya
kemampuan dan ketrampilan dalam tata
rias tari
4.
Meningkatnya
kemampuan dan ketrampilan dalam berbusana tari
Hasil
Pengabdian
Berdasarkan pelatihan yang dilaksanakan hari sabtu, 7
September 2013 bertempat di gedung B2 ruang 208 FBS UNNES, yang dimulai dari
pukul 07.30 sampai 12.05 menghasilkan meningkatnya kemampuan dalam
pemahaman tentang tata rias tari,
meningkatnya
kemampuan dalam pemahaman tentang busana tari, Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan
dalam tata rias tari, meningkatnya
kemampuan dan ketrampilan dalam berbusana tari dari peserta kegiatan. Pada akhir kegiatan dari 35
peserta, 80% (28 orang) dari peserta
telah memahami betul bagaimana cara merias wajah yang benar. Peserta juga
melakukan rias pribadi dengan detail riasan sesuai dengan penjelasan dari
pemateri, begitu pula tentang tata cara berbusana.
Pembahasan
Penggunaan rias dan busana ini tentu tidak lain karena adanya sumber daya manusia yang kurang
memahami betul akan pentingnya rias dan busana akan penegasan karakter tari
yang dimainkan. Berawal dari hal
tersebut, pengabdi telah melakukan kegiatan pengabdian mahasiswa dengan metode
penyuluhan dan praktik langsung tentang tata rias dan busana tari dengan
sasarann yang dilibatkan dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah anggota UKM Tari Kreasi Universitas Negeri Semarang yang tidak hanya
berasal dari jurusan seni saja, tetapi dari berbagai jurusan yang ada di Unnes.
UKM Tari Kreasi Unnes merupakan lembaga kemahasiswaan yang bergerak dalam
bidang pembimbingan dan pelatihan tari kreasi. Kegiatan yang telah dilakukan
oleh UKM Tari Kreasi Unnes antara lain latihan tari- tari kreasi tradisi,
seperti tari Tumandang, tari Semarangan, tari Banceran dan tari Denok. Selain
itu, kegiatan latian tari tersebut sudah sering dipentaskan dalam lingkup
universitas maupun di luar universitas. Namun, yang menjadi kelemahan dari UKM
Tari Kreasi Unnes adalah para anggota kurang terampil dalam hal tata rias tari
dan kurang memahami tentang busana tari yang sesuai dengan karakter tarinya.
Pelnyuluhan dan pelatihan ini sebagai upaya peningkatan pemahaman dan
keterampilan dalam merias dan berbusana tari yang sesuai dengan karakter
tarian, serta meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang rias dan busana
tari.
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan anggota UKM Tari yang berjumlah 25 mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti pelatihan tari ini diharapkan akan
memiliki ketrampilan merias dan
berbusana khususnya tari yang baik dengan pemahaman yang lebih baik, hingga selanjutnya mereka bisa mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya
pada pentas- pentas yang akan
dilakukannya, seperti pentas dalam rangka Pembukaan Bulan Bahasa dan Seni Unnes 2013,
Pentas Unnes Fair, Pentas Opening Unnes Inagurasi, Pentas Pembukaan Silaturahmi
dan Musyawarah Terbuka GAMA SATRIA Banyumas di B6 FBS Unnes.
Kesimpulan
Rias dan busana merupakan unsur penting yang mendukung
dalam sebuah pementasan sebuah tarian. Melalui kegiatan pelatihan rias dan
busana tari yang telah dilakukan, peserta kegiatan yang notabennya adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Tari Kreasi
Universitas Negeri Semarang telah dapat memahami akan pentingnya rias dan
busana dalam mementaskan tarian yang akan dimainkan. Dengan demikian,
meningkatnya pemahaman dan keterampilan dalam rias busana yang dimiliki anggota
UKM Tari Kreasi Unnes telah dimanfaatkan dalam pentas- pentas yang dilaksanakan
setelah kegiatan pelatihan tersebut.
Saran
Sebagai manusia sosial yang berbudaya, pelestarian budaya
memang harus terus ditingkatkan. Hendaknya lebih diintensifkan pada
pengembangan model- model rias dan busana yang terbaru, sebagai pembaharuan dan
modifikasi tata rias dan busana tari tradisi tanpa melakukan perubahan total
akan ciri khas dan identitas tarian tradisi tersebut.
Daftar
Pustaka
Alwi, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Bahri, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dwidjowinoto, Wahyudhi. 2005. Wayang Orang. Surabaya: Padepokan. Dwidjo
Jazuli. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Unnes Press.
-------
2002. Metode dan Teknik Pengajaran Tari. Harmonia
Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. 3 No. 2 Mei-Agustus 2002.
Jurusan Sendratasik, FBS, UNNES.
-------
2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan
Seni. Surabaya: Unesa
University Press.
Kusumastuti,
Eny. 2009. Seni Pertunjukan Wisata sebagai Industri Ekonomi Kreatif dalam
Kumpulan Makalah Seminar Internasional
2009 Seni Untuk Industri. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Latif,
Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai
Kemasyarakatan. Bandung: PT Rafika Aditama
Lestari, Wahyu. 1994. Teknologi Rias Panggung. FPBS IKIP
Semarang: Unnes Press
Maran,
Raga Rafael. 2007. Manusia dan Kebudayaan
dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Sardiman.
2006. Inovasi dan Interaksi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sedyawati,
Edi. 2006. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Soedibyo, Mooryati. 2003. Busana Keraton Surakarta Hadiningrat. Surakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
No comments:
Post a Comment