Monday, 2 November 2015

Kajian Koreografi Tari Blakasuta



TARI BLAKASUTA
(Kajian Koreografi)


Ardiansah
Jurusan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang
Dosen Pembimbing: Widodo, S. Sn.,M. Sn.
E-mail: Widodo_bsejati@yahoo.com
 


Abstrak


Tari Blakasuta merupakan karya tari baru yang digarap oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Sendratsik melalui mata kuliah koreografi. Ide awal dari tari Blakasuta terinspirasi dari salah satu ungkapan masyarakat di kabupaten Banyumas yang menggambarkan sikap keterusterangan/apa adanya, yang dinamakan blakasuta. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah tahapan dalam proses koreografi tari Blakasuta dan faktor pendorong dan faktor penghambat proses koreografi tari Blakasuta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; 1) Ingin mengetahui proses komposisi, koreografi, iringan, tata rias dan busana Tari  Blakasuta; 2) Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses koreografi tari Blakasuta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses koreografi tari Blakasuta terdiri dari dua aspek penting dalam koreografi, yaitu aspek pokok koreografi dan aspek pendukung koreografi. Aspek pokok koreografi terdiri dari; 1) Proses penemuan ide yang peneliti angkat dari salah satu ungkapan masyarakat di kabupaten Banyumas yang menggambarkan keterusterangan/ apa adanya, yang dinamakan blakasuta; 2) Proses pembuatan konsep; 3) Proses Eksplorasi; 4) Proses Komposisi; 5) Proses Improvisasi. Sedangkan aspek pendukung koreografi antara lain gerak, tenaga ,ruang, dan waktu, tata rias dan busana. Semua proses itu digunakan hingga menghasilkan karya tari yang berjudul tari Blakasuta.
Kata kunci : Koreografi dan Tari Blakasuta.


Abstract

Blakasuta dance is a new creation dance created by collegian of Sendratsik Education Department of Choreography course.  This dance inspired from the utterance of  Banyumas society  that describing directness and named Blakasuta. The problem of this  research was the process of choreography Blakasuta dance and supporting factors also retarded factors of this choreography dance process.  The aim of this research was 1) to know process composition, choreography, music, make up and the clothes of Blakasuta dance; 2) to know the supporting and retarded factors in the choreography process of Blakasuta .
The result of this research showed that choreography process of Blakasuta dance consist of two important aspects in choreography, they were the main aspect and supporting aspect of choreography.  The main aspect of choreography consists of 1) the process of idea discovery that researchers adopted from utterance Banyumas society   that describes the directness which is called blakasuta; 2) draffing process;  3) Exploration process; 4) composition process ; 5) Improvisation process.   While supporting aspects of choreography include motion, energy, space, and time, makeup and clothes.   All processes were used to produce  a dance piece called   m'Blakasuta dance. The supporting aspects consists of knowledge of the theory of choreography which is owned by the choreographer, the persistence of choreographer,   the loyalty and spirit of the dancer, the space choreography for practice, makeup equipments  and clothing that used in the choreography process.

Keynote: Choreography, Blakasuta Dance




1.                  PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Mata kuliah koreografi pada pendidikan seni tari Universitas Negeri Semarang mendeskripsikan bahwa mata kuliah koreografi merupakan mata kuliah bertingkat, diawali dari mata kuliah kreativitas tari, komposisi tari kemudian koreografi tari Made (2008: 4). Mata kuliah koreografi selanjutnya akan menjadi syarat mahasiswa untuk mengambil kata kuliah pergelaran tari pada semester berikutnya. Sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan silabus mata kuliah koreografi tahun  ajaran 2011/2012, mata kuliah koreografi diambil oleh mahasiswa seni tari semester 5 (lima) ditempuh dengan beban mata  kuliah 3 (tiga) SKS. Mata kuliah koreografi memiliki deskripsi mata kuliah bahwa mata kuliah koreografi merupakan mata kuliah penciptaan sebuah karya tari yang didasarkan pada mata kuliah kreativitas dan komposisi tari, dengan produk akhir setiap mahasiswa membuat satu karya tari baru baik kelompok maupun individu. Menurut Veronica Eny Iryanti (wawancara tanggal 24 Oktober 2013), mata kuliah koreografi mewajibkan mahasiswanya menciptakan sebuah karya tari baru sesuai dengan tema dan pola garap tari yang telah ditentukan oleh mahasiswa itu sendiri baik individu maupun kelompok yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pengampu mata kuliah koreografi.
Berdasarkan agenda perkuliahan mata kuliah koreografi yang telah dipaparkan dan kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti berasumsi tentang adanya kesenjangan antara mata kuliah koreografi berlangsung selama satu semester dengan kemampuan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan koreografi rombel 2. Kesenjangan tersebut diantaranya: (1) Mahasiswa kurang bisa memahami bagaimana teknik penerapan dan menuangkan ide menjadi sebuah gerak yang telah di distorsi dari gerak maknawi, (2) Mahasiswa kurang maksimal untuk melakukan bimbingan kepada dosen pengampu tentang proses penciptaan karya tarinya, dikarenakan ada beberapa pertemuan yang tidak dihadiri oleh dosen pengampu sehingga karya tari yang dihasilkan kurang maksimal.
Tari Blakasuta merupakan tarian baru yang diciptakan oleh seorang mahasiswa jurusan pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang. Tari Blakasuta merupakan salah satu hasil akhir dari mata kuliah koreografi. Tari Blakasuta merupakan tarian yang terinspirasi dari sebuah ungkapan yang berkembang pada masyarakat di kabupaten Banyumas, yakni Blakasuta. Kamus Lengkap Bahasa Jawa (2008: 33-34) menjelaskan bahwa blakasuta adalah berterus terang; apa adanya; tanpa tedheng aling-aling.
Sikap blakasuta inilah yang menjadikan ciri khas karakter masyarakat Banyumas hingga saat ini. Berdasarkan  keadaan di lapangan inilah, muncul suatu ide untuk membuat suatu tari yang menceritakan tentang sisi lain sikap blaksuta, melalui wadah mata kuliah koreografi. Tari Blakasuta merupakan tari garapan yang perpijak pada gerak tari kontemporer. Tari kontemporer memiliki ciri-ciri yang bersifat kekinian dan sering juga berupa tematik yang terlihat beda dari tari-tari lainya. Tari kontemporer lebih bersifat eksperimen sehingga bentuk dan materi gerak lebih bebas (Rachmi, 2008:621).
Peneliti mengambil tari Blakasuta sebagai objek penelitian dikarenakan: (1) Tarian Blakasuta merupakan tarian yang diciptakan oleh mahasiswa sehingga demi menyempurnakan karya maka peneliti berkeinginan untuk mendokumentasikan secara tertulis proses koreografi tari Blakasuta; (2) Tari Blakasuta termasuk dalam tarian baru yang mengambil ide cerita dari kebiasaan masyarakat; dan (3) Tari Blakasuta mempunyai pesan yang mendalam akan adat dan budaya yang dikemas dalam sebuah rangkaian gerak, diharapkan melalui gerak ini penonton dapat memahami pesan dari tari Blakasuta. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan proses koreografi tari Blakasuta sebagai karya tulis ilmiah.
1.2              Landasan Teori

Cahyono (2006 : 242) mengungkapkan tari adalah paduan gerak-gerak ritmis dan indah dari seluruh atau sebagian badan baik spontan maupun gerakan terlatih yang telah disusun dengan seksama disertai ekspresi atau ide tertentu yang selaras dengan musik, sehingga memberi kesenangan kepada pelaku atau penghayatan. Tari adalah sebagai sebuah seni komunikatif menggunakan gerak sebagai materinya dan gerak-gerak tari merupakan gerak maknawi sehari-hari yang telah melalui proses perombakan atau dipindahkan dari yang wantah diperindah atau dipindah bentuknya menjadi seni dan melalui gerak ritmis seseorang dapat berhubungan dengan orang lain dalam masyarakat dengan cara yang menyenangkan (Hadi, 2006: 228).
Indriyanto (2000:11) menjelaskan bahwa seni tari sangat berkaitan dengan gerak, gerak merupakan aspek pokok dalam sebuah tari. Tari, gerak dan tubuh merupakan tiga komponen yang sangat penting dan saling berhubungan dalam suatu tarian. Gerak merupakan unsur penunjang yang paling besar peranannya dalam tari (Djelantik, 2001: 23).
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa (2008: 33-34) menjelaskan bahwa blakasuta adalah berterus terang; apa adanya; tanpa tedeng aling-aling. Blakasuta berasal dari kata cablaka yang berarti karakter yang dilakuakan secara spontan oleh masyarakat Banyumas terhadap fenomena yang dilihat didepan mata secara langsung tanpa ditutup-tutupi. Menurut Atmono (2008: 24) Blakasuta sering diartikan sebagai karakter yang mengedepankan keterusterangan masyarakat Banyumas, artinya masyarakat Banyumas lebih senang berbicara secara terus terang dan apa adanya serta tidak menyembunyikan sesuatu. Akibat dari blakasuta tersebut, terkadang masyarakat Banyumas dianggap tidak memiliki unggah-ungguh, tidak sopan dan  lugas. Anggapan ini wajar karena terkadang orang lain yang tidak saling memahami akan merasakan “nylekit” (tidak enak hati) dengan perkataan yang blakasuta. Fathur Rokhman dalam sambutannya pada acara buka bersama Gabungan Mahasiswa Banyumas Satria (Gama Satria) hari rabu, 10 Juli 2013 di gedung B6 Fakultas Bahasa dan Seni, mengatakan bahwa blakasuta merupakan sifat ksatria Banyumas yang bermakna terus terang dan apa adanya. Blakasuta memuat unsur kata blaka yang artinya berterus terang (Atmono, 2008: 36).
Koreografi adalah proses penyeleksian dan pembentukan gerak kedalam sebuah tarian serta perencanaan gerak untuk memenuhi tujuan khusus. Pengalaman-pengalaman dalam gerak dan elemen-elemen waktu, ruang dan tenaga untuk tujuan pengembangan kepekaan, kesadaran, dan eksplorasi sebagai macam materi tari. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dikatakan sebagai pendekatan-pendekatan koreografi (Jazuli, 2008:59). Proses terbentuknya ide melalui tahap intuisi, imajinasi dan karya kreasi, sedangkan proses garap melalui tahap eksplorasi, improvisasi, dan komposisi.
1.         Eksplorasi
Murgiyanto (dalam Indriyanto, 2008: 48), eksplorasi yakni pencarian secara sadar kemungkinan-kemungkinan gerak baru dengan mengembangkan dan mengolah ketiga elemen dasar: waktu, ruang, dan tenaga. Pengolahan ketiga elemen dasar tersebut dapat dilaksanakan melalui berbagai aspek dengan tujuan mencari gerak-gerak yang baru.
2.                    Improvisasi
            Murgiyanto (dalam Indriyanto, 2008: 48), improvisasi tari adalah suatu proses yang kompleks tentang tanggapan terhadap suatu rangsangan khusus. Improvisasi yang sama tidak mungkin menghasilkan respon-respon yang sama atau mirip pada setiap orang menurut keadaan yang berbeda.
3.                  Komposisi
            Murgiyanto (dalam Indriyanto, 2008: 48),  komposisi atau composition berasal dari kata to compose yang artinya meletakkan, mengatur atau menata bagian-bagian sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan secara bersama membentuk kesatuan yang utuh. Senen (2005:135) menambahkan bahwa proses penciptaan tari dilakukan melalui tahapan-tahapan yang meliputi pengamatan dan penjelajahan terhadap sumber (eksplorasi), pengolahan sumber dengan berbagai teknik (improvisasi), dan penyusunan elemen-elemen (pembentukan), dan penyajian (pertunjukan).

2.         METODE PENELITIAN
Bentuk pendekatan deskripsi kualitatif peneliti berusaha untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan secara deskripsi tentang proses koreografi tari Blakasuta karena dalam proses koreografi tari Blakasuta memiliki tahapan-tahapan yang dilakukan, meliputi tahap penemuan ide, tahap pembentukan konsep, tahap eksplorasi musik, gerak dan tata rias dan busana, tahap improvisasi musik, gerak dan tata busana, dan tahap komposisi gerak, musik, dan tata rias dan busana sehingga terjadi pengalaman subjektif dan memungkinkan untuk terjadinya studi tentang kesadaran dari perspektif peneliti terhadap fenomena tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Kota Semarang, sasaran penelitian ini adalah proses koreografi tari Blakasuta yang terdiri dari: (1) Proses perumusan ide; (2) Proses perumusan konsep; (3) Proses eksplorasi musik, gerak, dan tata rias dan busana; (4) Proses improvisasi gerak, musik dan tata rias dan busana; (5) Proses komposisi musik, gerak, dan tata rias dan busana; (6) Faktor pendukung serta penghambat dalam proses koreografi tari Blakasuta; (7) Bentuk pertunjukan tari Blakasuta.
Data penelitian tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.             Observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: observasi non sistematis dan observasi sistematis.
2.             Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interview). Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perumusan ide, proses perumusan konsep, pemilihan judul, faktor pendukung dan penghambat dalam berproses, dan proses komposisi musik tari Blakasuta.
3.             Dokumentasi
Dokumentasi yang diperoleh dari lapangan diolah dan dipilih sesuai dengan materi penelitian. Dalam hal ini penulis memilih objek yang dapat dijadikan dokumentasi sesuai dengan guna dan keterkaitannya dengan tari Blakasuta khususnya koreografi tari Blakasuta  karena tidak semua dapat digunakan sebagai dokumentasi dari tari Blakasuta.

3.                  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses koreografi tari Blakasuta memiliki tahap-tahap yang harus dilalui yaitu proses garap musik, proses garap tari dan proses garap tata rias dan tata busana. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan klasifikasi dari tahapan-tahapan dalam proses penemuan ide, proses pembentukan konsep, proses eksplorasi, proses komposisi, proses improvisasi, proses garap aspek pendukung koreografi.
1.             Proses Ide Cerita
Tahap awal koreografi tari Blakasuta adalah proses penemuan ide. Koreografer menemukan ide cerita tentang Blakasuta diawali melalui rangsang visual. Rangsang Visual yang dimaksud adalah koreografer mengamati peristiwa tentang perilaku remaja di lingkungan tempat tinggal koreografer di Semarang yang kebanyakan merupakan teman-teman seperjuangan dan berasal dari daerah yang sama, yakni berasal dari kabupaten Banyumas. Koreografer mengamati pola dan tingkah laku remaja Banyumas yang berada di perantauan, baik dari aspek kehidupan agama, cara bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, dan kehidupan asmara.  
2.             Proses Perumusan Konsep
Konsep koreografi tari Blakasuta yang telah dirumuskan oleh koreografer dibagi menjadi 4 adegan, yaitu; (1) Adegan Pertemuan, (2) Adegan Kasmaran, (3) Adegan Kasih, dan (4) Adegan Bertengkar.
1.     Adegan pertemuan menggambarkan seorang laki-laki bertemu dengan perempuan dan selanjutnya berkenalan dan menjalin kasih.
2.      Adegan kasmaran menggambarkan sepasang kekasih yang sedang bercumbu kasih.
3.      Adegan kasih menggambarkan puncak dari hubungan asmara sepasang kekasih.
4.   Adegan bertengkar menggambarkan pertengkaran sepasang kekasih yang diwakili dari konflik pada saat adegan kasih.
3.             Proses  Eksplorasi
Eksplorasi koreografi tari Blakasuta terdiri atas eksplorasi musik, eksplorasi gerak dan eksplorasi tata rias dan busana. Koreografer melakukan penjajagan konsep dikarenakan dengan memahami konsep plot adegan per adegan, diharapkan koreografer akan sangat mengerti dengan plot suasana yang tersirat dalam reka adegan. Proses penjajakan dilakukan dengan cara menganalisis ulang adegan dan  memberinya keterangan suasana, kemudian mempertimbangkannya dengan grafik pertunjukan sebuah tari. Berdasarkan hasil penjajakan yang dilakukan oleh koreografer, proses penjajakan menghasilkan 4 plot suasana, yaitu suasana tenang, suasana hangat, suasana tegang dan suasana harmonis, dan suasana senang.
Koreografer telah berkonsultasi dengan dosen pembimbing mata kuliah koreografi dan memutuskan menggunakan jenis musik editing, dikarenakan jumlah waktu yang terbatas sehingga tidak mencukupi untuk membuat iringan secara langsung. Koreografer melakukan eksplorasi musik dengan mencari referensi tentang musik-musik yang mempunyai suasana sesuai dengan konsep suasana pada cerita tari Blakasuta, baik instrumental diatonis maupun instrumental pentatonis.
Proses eksplorasi gerak tari Blakasuta koreografer lakukan di laboratorium Jurusan Sendratasik ruang 204 gedung B2 FBS Unnes. Koreografer melakukan eksplorasi gerak secara individual dan dalam waktu yang tidak bersamaan. Proses eksplorasi gerak yang dilakukan oleh koreografer  terpengaruh oleh rangsang visual, yakni berawal dari penglihatan atas gerak-gerak wantah kemudian dieksplorasikan menjadi gerak tari melalui pola pengembangan gerak, ruang dan waktu. Proses eksplorasi gerak tari Blakasuta menghasilkan 12 gerak yaitu, berfikir, berjalan, berlari, melompat, berjalan merunduk, jalan ditempat, memukul, merangkul, berguling, tidur, mengayun dan menendang.
4.             Proses  Komposisi
Koreografer mengkomposisi musik-musik yang telah didapat dengan cara memilah-milah apa yang ada, mencermati betul setiap suasana yang tergambar dari musik. Suasana yang tergambar di dalam musik kemudian dicocokkan dengan ploting adegan dan seting suasana pada konsep tari Blakasuta yang telah dibuat oleh koreografer. Koreografer menggunakan teknik edit musik, yaitu memotong musik pada bagian yang sesuai dengan konsep, dan kemudian menyambungkannya dengan potongan-potongan musik yang telah disesuikan dengan suasana dalam konsep menjadi satu iringan tari Blakasuta. Koregrafer tidak menggunakan semua musik yang dihasilkan pada tahap eksplorasi, namun hanya sebagian saja.  
Iringan tari Blakasuta yang telah dikomposisikan berdurasi 5 menit 2 detik yang terdiri atas tembang Banyumasan pada adegan pertama, kemudian dilanjutkan dengan musik instrumen bernada pentatonis untuk adegan kedua dan awal degan ketiga. Musik akhir dari tari Blakasuta  merupakan musik instrumental dengan nada diatonis.
Koreografer melakukan proses komposisi pada hasil eksplorasi gerak yang telah dilakukan sebelumnya dengan terlebih dahulu memilih gerak yang dapat dilakukan dan dikembangkan menjadi ragam gerak dalam tari Blakasuta baik melalui pengembangan ruang dan waktu maupun pengembangan gerak itu sendiri. Gerak-gerak hasil eksplorasi yang telah dipilih untuk dikomposisikan oleh koreografer antara lain: gerak berfikir menjadi ragam gerak mikir , berjalan menjadi ragam gerak mlaku nyilang, berlari menjadi ragam gerak mlayu ngeter, melompat menjadi ragam gerak tarung biyung dan mbeyol puser, berjalan merunduk menjadi ragam gerak mlayu ngeter dan mbeyekan , jalan ditempat menjadi ragam gerak awasan, memukul menjadi ragam gerak guyub gebug, merangkul menjadi ragam gerak ngimpleng, mengayunkan tangan menjadi ragam gerak guyub tangan, dan mengintip menjadi ragam gerak ngimpleng. Ragam gerak yang telah didapat dari eksplorasi gerak, telah dikomposisikan oleh koreografer menjadi urutan ragam gerak tari Blakasuta, yaitu: 1) mikir, 2) tarung biyung, 3) ngimpleng. 4) mlaku nyilang, 5) mbeol puser, 6) mlaku ngede, 7) mbeyekan, 8) awasan, 9) klambon, 10) welingan, 11) mlayu ngeter, 12) guyub gebug, 13) guyub tangan, dan 14) mlayu ngeter.
5.             Proses Imprivisasi
Gerak-gerak spontan yang muncul dari suatu kesadaran seorang penari berdasarkan pada sumber garapan koreografer. Gerak improvisasi ini menggunakan gerak-gerak bebas dengan menunjukkan ekspresi wajah sesuai dengan peran yang dibawakan. Gerakan improvisasi digunakan pada ragam gerak mlayu ngeter, klambon dan ngimpleng.
Gerak improvisasi tidak sepenuhnya digerakan pada adegan itu tetapi saat-saat tertentu menggunakan gerakan jadi dari koreografer dilanjutkan gerak improvisasi lagi sesuai dengan konsep koreografer.
5.             KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Simpulan
Tahapan yang harus dilakukan dalam proses koreografi tari m’Blakasuta terdiri dari aspek penting dalam koreografi, yaitu aspek pokok koreografi dan aspek pendukung koreografi. Aspek pokok koreografi terdiri; 1) Proses penemuan ide yang peneliti angkat dari salah satu ungkapan masyarakat di kabupaten Banyumas yang menggambarkan keterusterangan/ apa adanya, yang dinamakan blakasuta. Penemuan ide diawali dengan proses perenungan yang selanjutnya koreografer merumuskan ide hasil perenungan; 2) Proses pembuatan konsep, terdiri dari proses perumusan konsep dan proses analisis konsep; 3) Proses Eksplorasi, terdiri dari proses eksplorasi musik, eksplorasi gerak da eksplorasi tata rias dan busana; 4) Proses Komposisi, merupakan tahap yang terdiri atas proses mengkomposisikan musik, gerak dan tata rias dan busana; dan 5) Proses Improvisasi, yaitu proses pengimprovisasian gerak. Aspek pendukung koreografi antara lain gerak, tenaga ,ruang, dan waktu, tata rias dan busana. Semua proses itu digunakan hingga menghasilkan karya tari yang berjudul tari m’Blakasuta.
Tari m’Blakasuta merupakan tari kontemporer yang berpijak pada gerak tradisi, dikemas dalam tiga adegan, memiliki ragam gerak yang terdiri dari 1) mikir, 2) tarung biyung, 3) ngimpleng. 4) mlaku nyilang, 5) mbeol puser, 6) mlaku ngede, 7) mbeyekan, 8) awasan, 9) klambon, 10) welingan, 11) mlayu ngeter, 12) guyub gebug, 13) guyub tangan, dan 14) mlayu ngeter.
5.2     Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengamati bahwa proses koreografi tari m’Blakasuta merupakan tahapan tentang penciptaan sebuah karya tari berjudul tari m’Blakasuta, melalui mata kuliah koreografi tari. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar mahasiswa tetap semangat dan penuh kreativitas dalam berproses di setiap tahap-tahap proses koreografi tari.
Proses koreografi tari m’Blakasuta membutuhkan peran aktif antara koreografer, penari dan dosen pembimbing. Hal inilah yang menjadi kelemahan dalam suatu proses, karena adanya keterbatasan fasilitas, waktu dan kesempatan yang dimiliki koreografer dan penari untuk berlatih sangat sedikit dikarenakan diantara koreografer dan penari sama-sama mempunyai kesibukan dan kewajiban lain. Disamping itu pula kesempatan untuk koordinasi dengan dosen pembimbing yang terbatas dan sering kurang dimanfaatkan oleh mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar mahasiswa khususnya koreografer agar lebih cermat dan teliti dalam membuat jadwal latihan, sehingga jadwal latihan terpampang jelas dan diketahui oleh penari dan koreografer. Selain hal tersebut, setiap ada perkembangan dalam proses koreografi hendaknya disampaikan kepada dosen pembimbing agar dosen pembimbing lebih memahami karya yang dibuat oleh koreografer.
6.         DAFTAR PUSTAKA
Amirul, Hadi dan Haryono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka  Cipta.

Atmono. 2007. Babad Banyumas. Purwokerto: Udi Sejahtera.

Bramasta. 2009. Mahir Bermain Bola Basket. Purwokerto: Udi Sejahtera

Cahyono, Agus. 2006. Koreografi Tari. Semarang: Unnes Press.

Evita, Anggraeni Dani. 2008. Pembelajaran Seni Tari di Sanggar Tari Srimpi Desa Ujung Gede Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang. Skripsi JurusanSendratasik. Semarang: FBS Unnes.

Hadi, Y, Sumandiyo. 1999. Pendekatan Terhadap Koreografi non Liberal (Terjemahan Murgery Turner). Yogyakarta: Manthili

Hidayat, 2005. Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis bagi Guru Seni Tari. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Indriyanto. 2002. Paparan Mata Kuliah Musik Tari 2. Diktat Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan

            . . 2008. Paparan Mata Kuliah Analisis Tari. Diktat Mata Jurusan Sendratsik Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan 

Jazuli. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: UNNES PRESS.

              . 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES PRESS.

Kusudiardja, Bagong. 2000. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Pangya.

Lanjari, Restu. 2011. Tata Rias dan Busana Tari 2. Diktat Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.

Lestari, Tri. 2007. Blakasuta dan Tradisi Masyarakat Banyumas. Skripsi Pendidikan Seni Tari. Universitas Negeri Yogyakarta.

Made, Siluh dan Utina, Usrek Tani. 2007. Tari Pendet Sebagai Tari Balih-Balihan (Kajian Koreografi). Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni Vol. VII No. 2/ Mei-Agustus 2007. Semarang: Sendratasik FBS UNNES

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

   . 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.

Senen, I Wayan. 2005. Perempuan Dalam Seni Pertunjukan di Bali. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Setyawati, Atik Wahyu. 2008. Eksistensi Sanggar Tari Panunggul Sari Kabupaten Jepara. Skripsi Jurusan Sendratasik. Semarang: FBS Unnes.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supriyanto, Mathias. 2001. Inkulturasi Tari Jawa di Yogyakarta dan Surakarta. Surakarta: Cetra Etnika Surakarta.

Wojowasito, 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

No comments:

Post a Comment